Asyiknya Jadi Penyiar Radio

Jadi Penyiar itu asyik? Ah siapa bilang.? Siapa bilang -tidak- maksudnya. Penyiar yang  sering disebut juga host, memang asyik bagi sebagian mereka yang suka beradaptasi. Karena saat ini kita bicara di ruang blog Radio Wijaya Fm tentunya yang kita maksud penyiar adalah penyiar radio. Meskipun jadi penyiar itu asyik dan tidak sulit, tapi harus ada beberapa yang harus dikuasai, termasuk memiliki kemampuan  berbicara yang baik, lancar membaca,  bisa menulis, serta mampu merubah bahasa tulis menjadi bahasa lisan. Sehingga ada teori yang dinamakan menulis untuk telinga, ini harus dipahami oleh penyiar. Karena apabila penyiar membacakan kalimat tulis atau berita cetak dan serta merta dibaca mentah atau apa adanya sepeti di tulisan, bisa jadi  pendengar pusing tujuh keliling. Kita berikan contoh dalam berita  media cetak, ada sebuah  pertunjukan konser mampu menjual  sebanyak 11.231 lembar tiket, maka penyiar radio akan menyampaikan sekitar sebelas ribu tiket terjual, atau bisa juga "lebih dari sepuluh ribu tiket terjual". Hal ini untuk memudahkan pendengar memahami yang disampaikan penyiar, sehingga pendengar tidak pusing 1000 keliling untuk memahami dan mengingat seperti yang saya sampaikan diatas.



Selain itu harus memahami pula kode etik jurnalistik penyiaran, sehingga sebelum diijinkan bersiaran biasanya  calon penyiar harus mengikuti pelatihan, karena yang keluar dari mulut si penyiar ini juga menjadi tanggung jawab lembaga atau instansi tempat dia bersiaran. Selain itu penyiar harus selalu smart, bersemangat, dan fokus, apapun masalah pribadinya harus ditinggal disungai dahulu sebelum bersiaran, maksudnya pokoknya masalah pribadi harus ditinggalkan disimpen rapat-rapat. Sehingga penyiar yang lagi galau tidak boleh hanya memutar lagu yang galau-galau mengikuti  perasaan dia saja.  Lebih parah lagi kalau sampai sedang marah dan kemarahannya dibawa ke depan mikrophone, masih untung kalau pendengar hanya mernggerutu dan memindah frekuensi, kalau sampai salah satu pendengar itu calon mertua dan membatalkan anaknya dipinang..wah bisa bahaya. Baik kita kembali ke topik, jadi penyiar memang asyik bisa jadi sarana punya banyak teman, mendorong diri untuk mau belajar, dan selalu berbuat untuk membuat orang senang dan bahagia serta pendengar paham dengan informasi yang disampaikan, karena itu kewajiban utama seorang penyiar.

Asyiknya jadi penyiar jangan dikaitkan dengan berapa gaji penyiar radio, bahkan diradio komunitas hampir tidak ada penyiar radio yang di gaji, masih mending kalau ada yang bisa dapat ganti transport, karena lebih sering malah dipungut iuran untuk operasional radio. Memang kalau di radio Swasta, karena radio tersebut sering disebut radio niaga atau radio bisnis jadi wajar kalau dapat  honor, termasuk juga penyiar di radio publik yang dibiayai pemerintah. Yang jelas dimanapun penyiar mengabdikan diri, tuntutannya sama karena sama-sama masuk ke ruang publik. Apalagi jaman sekarang,kalau hanya memutar lagu saja masyarakat sekarang sudah mudah dapat mendengarkan lagu melalui Hp atau internet tinggal download sudah bisa dengerkan lagu kesukaan. Sehingga penyiar dituntut untuk mampu berdialog dengan pendengar selayaknya penyiar itu sebagai teman, sahabat dan satu-satunya orang dekat yang mengerti tentang keadaan pendengar saat itu. 

Sehingga banyak penyiar senior yang menasehati saya, diantaranya Ibu Nunuk dari MMTC Yogyakarta dalam pelatihan yang saya ikuti pernah  mengatakan penyiar atau reporter  itu harus bisa membawakan suasana dengan sebaik-baiknya. Ada lagi temanku Mas Aria Ekalaya sebagai penyiar senior juga mengatakan intinya  penyiar itu harus rendah diri, dan harus mampu berdialog dengan baik dan menyenangkan, sementara mbak Merry penyiar senior di Jakarta juga pernah bilang kalau jadi penyiar dan ditugaskan di lapangan sebagai reporter meskipun cewek harus mampu berlari kesana kemari, dan pakaian harus sesuai agar tidak membuat celaka saat harus berlarian mengejar sumber-sumber berita. Bisa dibayangkan kalau reporter yang jaim, pakai sepatu hak tinggi, pakai rok minting-minting (tidak longgar),  masih untung kalau hanya hak sepatunya lepas, tapi kalau terpelanting dan sobek itunya (Roknya) dan masih ketinggalan berita, bisa-bisa nyengir deh. Itu dulu ya untuk menjawab beberapa pertayaan tentang Asyikkah jadi penyiar..? jawabnya ya itu tadi.

Djonet-Wijaya FM