Gunung Merapi dengan Kehidupan Masyarakat Sekitarnya


Sleman (15/11). Selalu ada yang menarik dari Gunung Merapi, sebagai salah satu gunung di Indonesia yang selalu aktif. Keindahan Merapi  menghiasi pemandangan bagian utara Yogyakarta, meskipun terjadi erupsi tahun 2010 silam yang sangat mengerikan, akan tetapi juga membawa banyak pelajaran berharga, dan dampak baik dan buruk  terutama bagi kehidupan masyarakat sekitar lereng Merapi. Setelah terjadi erupsi dan aliran lahar dingin yang belum berhenti hingga sekarang juga memberikan penghasilan berupa  hasil  pasir yang melimpah. Upaya-upaya normalisasi akibat bencana yang dilakukan  masyarakat beserta  aktifitas yang dilakukan masyarakat harus terus  mendapat perhatian baik pemerintah, swasta, dan  semua pihak.

Disampaikan oleh Nartukiyo  tokoh masyarakat dan juga Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) desa Umbulharjo bahwa kini masyarakat sudah dapat menyesuaikan dengan keadaan alam akibat erupsi 2010 yang lalu, baik dari penataan lingkungan, mata pencaharian, maupun mengemas pariwisata dilereng Merapi.Disampaikan juga oleh Nartukiyo yang juga sebagai pemilik sanggar Mutiara Abadi, sehubungan dengan  upaya-upayanya sebagai tokoh masyarakat dalam rangka   pemulihan di sektor ekonomi  dilakukan dengan banyak cara, diantaranya dengan meminta bantuan dari pemerintah, lembaga-lembaga sosial, dan semua yang peduli terhadap kehidupan masyarakat lereng Merapi, dan mendirikan komunitas dan kelompok-kelompok usaha shingga mempercepat tumbuhnya peningkatan kesejahteraan  ekonomi dimasyarakat.

Perubahan  yang tidak mudah untuk dilakukan pada waktu itu, beberapa contoh dari pencaharian yang dulu mengandalkan hasil ternak dan berkebun saat itu menjadi hamparan pasir, sehingga pencaharian masyarakatpun kini menjadi sangat bervariasi, dari mengurus loket pariwisata,  penyedia jasa angkutan wisata dengan komunitas mobil Jib sebanyak 80 mobil, komunitas  ojek, dan komunitas Treil dengan menyewakan sepeda motor Tril yang jumlahnya mencapai 100 kendaraan . Saat ini ada sekitar 320 orang yang terlibat menangani wisata dikawasan yang dulunya Kaliadem, yang dibagi menjadi  kelompok-kelompok masing-masing 32 orang.

Selain itu juga masyarakat di dusun Karanggeneng desa Umbulharjo khususnya ibu-ibu,  dalam upaya meningkatkan ekonomi  membuat beberapa kelompok usaha diantaranya kelompok "Pelita Merapi" yang memproduksi abon lele, krispi, dan krupuk. Sedangkan  Kelompok usaha "Eling Merapi" memproduksi berbagai jenis ceriping dari umbi-umbian. Selain itu Nartukiyo juga mengelola "Sanggar Anak Mutiara Abadi" yang  ramai dengan kreatifitas anak-anak usia SD-SMP melalui kegiatan  bimbingan belajar, Tari kreasi, dan Jathilan dengan nama Satrio Mudho Manunggal.

Selain keindahan pemandangan gunung Merapi itu sendiri, kearifan lokal, budaya,  semangat kegotongroyongan, yang  melekat dalam kehidupan masyarakat kawasan Lereng Merapi menjadi  daya tarik tersendiri, dan mengundang banyak  wisatawan baik lokal maupun asing  yang datang.

Wahid-Wijaya FM