Sleman (23/04). Bencana Alam
tidak bisa kita tolak ataupun kita tunda kedatangannya, karena memang tidak
terduga datanggya, tidak mengenal waktu; cuaca, situasi, hari bahkan tempat
dimana bencana akan datang. Bencana alam merupakan suatu peristiwa alam yang mengakibatkan
dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi,
tsunami,
tanah longsor,
kekeringan
dll. Ada juga bencana alam terjadi tidak
secara alami. seperti kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam
jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam. Bencana
alam tidak lepas dari relawan-relawan yang mengabdikan diri untuk
kemanusiaan/social, yang tanpa pamrih membantu dalam bentuk tenaga, pemikiran
bahkan materi demi kemanusiaan dan tentunya sesuai keahlian masing-masing
relawan.
Saat liputan radio Widjaya FM di
Dusun Karangsari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, YK, tepatnya di kediaman Sdr.
Murdiono, kami berhasil mengulas sedikit tentang “ Jiwa Relawan Bencana “ dan
saat itu sebagai nara sumber Sdr. Murdiono sendiri, yang juga sebagai Relawan
Siaga Bencana Kabupaten Sleman, yang bergabung dengan TAGANA Sleman sejak tahun
2009 silam. Beliau menjadi relawan sebenarnya sudah sejak menduduki bangku SMA
dengan mengikuti PMR (Palang Merah Remaja), saat Kuliah juga ikut anggota PMI
(Palang Merah Indonesia). Pelatihan-pelatihan sudah sering diikutinya. Jadi
tidak susah lagi menggeluti sebagai relawan.
Dikatakan juga bahwa Jiwa bahkan
hati nuranilah yang mendorong dirinya untuk bergabung menjadi relawan. Bukan
Karena paksaan maupun ajakan orang lain, melainkan hati nurani dan Jiwa yang
mendukungnya menjadi relawan. Beliau hanya ingin dirinya (dimasa hidupnya)
berguna/bermanfaat bagi orang lain. Menolong dengan ikhlas, rela berkorban dan
tanpa mengharapkan imbalan bahkan penghargaan. Itu semua ada pada diri seorang
relawan. Belum lama ikut tugas relawan saat terjadi erupsi merapi membantu di
pengungsian (Stadion Maguwo) untuk pendirian dapur umum dan mengurusi logistic.
Dan saat terjadi angin putting beliung di Kalasan juga mendirikan dapur umum. Seoarang
relawan juga harus bisa berbagi adil dalam membagikan bantuan yang terbatas,
bukan berarti membagi rata, tapi harus jeli dan mendahulukan yang lebih
membutuhkan dan tentunya yang benar-benar menjadi korban bencana.
Kenangan yang tak terlupakan
sampai saat ini yakni demi keadilan beliau rela dibenci orang, karena keterbatasan bantuan, tidak semua
orang mendapatkan. Karena bantuan emang diperuntukan untuk korban bencana, yang
terpenting jangan sampai salah mendistribusikan bantuan.
Endang- Wijaya Fm
Endang- Wijaya Fm