Campursari di Yogyakarta tetap di Gemari

Campursari sangat populer pada tahun 2000-an, dalam perkembangannya campursari menjadi bermacam-macam versi. Hal ini karena campursari langgam dan campursari dangdut sulit dipisahkan dalam setiap grup campursari melakukan pentas. Perkembangan campursari dangdut aransemen musiknya menjadi bermacam-macam, campursari aransmen dangdut koplo saat ini sering kita jumpai. Peralatan yang digunakan juga bermacam-macam, pada umumnya campursari   menggunakan alat berupa kendang jaipong, kendang bem, keyboard, bass, gong, saron, demung, siter, drum, kini berkembang lebih ringkas. Meskipun masih banyak grup campursari yang masih mempertahankan peralatan lengkap, tapi lebih banyak yang meringkas peralatannya hanya keyboard, kendang, dan saron, bahkan sering kita temukan hanya keyboard dan kendang, seperti Grup Musik Campursari Bagaskoro.

Seperi diceritakan oleh Sukoco selaku Ketua Grup Campursari Bagaskoro yang berada di Parambanan  Sleman saat Live musik di Radio Wijaya FM Jumat malam 18 April 2014, bahwa dirinya bersama teman-temannya mendirikan grup tersebut sebagai wadah teman-temannya yang suka menyanyi langgam dan dangdut sehingga peralatan keyboard dan kendang sudah dirasa cukup. Selanjutnya Trisno selaku sesepuh grup menjelaskan bahwa peralatan dibeli sedikit demi sedikit dari hasil-hasil pentas. Pentas yang sering dilakukan dari menerima job perayaan pernikahan, ulang tahun, dan peringatan-peringatan hari besar. Pentas di beberapa rumah makan untuk menyambut tamu juga rutin dilakukan Grup Bagaskoro. Sementara live yang disiarkan di radio Wijaya Fm mendapat banyak respon dari pendengar.

Beberapa Grup Musik yang sering melakukan pentas live musik di Radio Wijaya Fm dengan peralatan  sebatas keyboard, kendang ketipung serta jaipong diantaranya KFT Nada pimpinan Bapak Gobel, New Karya Nada pimpinan Bapak Suharno, dan Gathot Entertain pimpinan Bapak Harjanto. Adapun alasan grup-grup tersebut  mengandalkan peralatan musik keyboard dan kendang saja, saat dikonfirmasi mengatakan karena simple dan mudah menyesuaikan dengan budget. Sedangkan untuk grup campursari dengan peralatan lengkap masih sering kita jumpai di Yogyakarta terutama di Gunungkidul, seperti yang dipentaskan di Kiprah FM Gunung Kidul pada waktu launching Radio Kiprah.